Dosen Pendidikan Agama Kristen
Sekolah Tinggi Teologi Soe
witjaksono.leo@gmail.com
Abstrak
Di era revolusi industri 4.0, khususnya dunia pendidikan, keberadaan dan peran guru menjadi amat penting agar siswa memahami literasi digital. Meskipun guru secara utuh sebagai pendidik dan pengajar tidak akan tergantikan oleh teknologi secanggih apapun, karena guru dalam memberikan pembelajaran memberikan pendidikan karakter, moral dan keteladanan sehingga tidak bisa digantikan dengan alat secanggih apapun. Artikel ini memaparkan bagaimana pendidikan di era revolusi industri 4.0 dan Apa tantangan yang di hadapi oleh pendidik di era revolusi industri 4.0. Serta bagaimana upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan profesional guru di era revolusi industri 4.0 terkhusus guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Kata kunci: Pendidikan, Anak Usia Dini; Revolusi Industri 4.0
Penelitian ini termasuk dalam kategori jenis penelitian studi literatur. Mencari dan menganalisa referensi teori yang relevan dengan permasalahan yakni kebijakan pendidikan anak usia dini di era revolusi industri 4.0. Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data dari sumber-sumber referensi yang berhubungan dengan topik yang diangkat yakni kebijakan pendidikan anak usia dini di era revolusi industri 4.0. Studi literatur bisa di dapat dari berbagai sumber baik artikel jurnal, buku-buku yang membahas topik ini, internet dan perpustakaan
Saat ini, dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau industri dunia ke empat dimana teknologi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas dan tidak terbats akibak perkembangan internet dan teknologi digital. Era ini telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni dan bahkan sampai ke dunia pendidikan.
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu cita-cita Indonesia, hal ini tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia ke 4 yang berbunyi : Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu susunan negara Republik Indonesia.
Salah satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui pendidkan. Dalam Rapat Kerja Nasional 2018, Sri Mulyani saat menjadi “Keynote Speaker’ mengatakan “kemajuan suatu negara untuk mengejar ketertinggalan sangat tergantung pada tiga faktor yakni pendidikan, kualitas institusi dan kesediaan infrastruktur” (Ristekdikti, 2018). Gubernur Lemhanas RI Letnan Jenderal (Letjen) TNI (Purnawirawan) Agus Widjojo dalam acara memberikan bantuan buku tulis dari para donatur, Gubernur Lemhannas RI menyampaikan bahwa pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi angka putus sekolah anak Indonesia. “Hal ini tentu sejalan dengan salah satu cita-cita bangsa, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,”
Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan menjadi pilar utama dalam kemajuan suatu negara. Selain itu, pendidikan sangatlah penting untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas maka dibutuhkan pula pendidkan yang berkualitas.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan generasi pemimpin bangsa di masa depan, PAUD menjadi menjadi harapan baru bagi terbentuknya generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berkarakter sebagai calon pemimpin dimasa depan (Sayer, dkk 2018). Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar perkembangan anak. Anak yang mendapat bimbingan pembinaan dan rangsangan sejak dini meningkatkan kesehatan, perkembangan fisik dan mental uang akan berdampak pada kesipan belajar pada akhirnya anak akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang sudah ada dan dimilikinya.
Dalam menghadapi revolusi 4.0, sejak pendidikan anak usia dini (PAUD) anak-anak harus dikenalkan pembelajaran berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Anak- anak harus dibekali kompetensi abad 21. Untuk mewujudkan itu, guru PAUD harus memiliki visi misi kedepan, yakni mementingkan masa depan pendidikan anak usia dini harus kuat. Karena dituntut menciptakan generasi yang memiliki kompetensi di masa depan. Terlebih tantangan era globalisasi yang menuntut persaingan semakin bebas. Maka dari itu Guru PAUD harus terus belajar meningkatkan kompetensi sehingga mampu bersaing menghadapi peserta didik generasi milenial. Jangan sampai timbul istilah, peserta didik era industri 4.0, namun belajar dalam industri 3.0 dan diajarkan oleh guru industri 2.0 bahkan 1.0. Jika ini terjadi maka pendidikan kita akan tertingkal dari Negara lain yang telah siap dengan perubahan besar ini.
Tantangan Revolusi 4.0
Revolusi Industri 4.0 atau bisa di sebut era disrupsi yang terjadi saat ini tidak lepas dari adanya produk inovasi. Oleh karena itu dalam buku berjudul Disruption (Kasali,2018) mengatakan bahwa Disrupsi diartikan sama dengan “inovasi” atau ancaman bagi perusahan perusahan besar. Mengapa disebut ancaman ? Ketika perusahaan-perusahaan besar harus kelimpungan ketika berhadapan dengan lawan-lawan tak kasat mata, sehingga tak jarang mereka berakhir dengan menggulung tikar sendiri.lalu bagaimana menghadapinya? Jawabanya adalah disruption yaitu sebuah era baru yang mebutuhkan disruptive regulation, disruptive culture,disruptive minsed dan disruptive marketing (Kasali,2018). Sebenarnya terdapat definisi tentang inovasi antara lain, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia inovasi adalah pemasukan atau pengenalan hal-hal baru. (Rogers, 2015) menyatakan bahwa inovasi adalah “an idea, pratice, or object perceived as new by the individual” (suatu gagasan, praktek, atau benda yang di anggap / dirasa baru oleh individu). Menurut (Sasongko &Sahono, 2016) inovasi dapat didefinisikan sebagai siatu aktivitas kreatif yang dapat menghasilkan ide, gagasan, kegiatan, objek atau benda yang baru sehingga bermanfaat bagi manusia. Dari defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa inovasi adalah Usaha positif, kreatif untuk menghasilkan hal yang baru dan berguna bagi kehidupan.
Ciri-ciri Era Revolusi Industri 4.0 adalah pertama robot Automation yaitu proses produksi tidak lagi mengandalkan masa (jumlah manusia) namun digantikan dengan sistem robot. Hal ini dikarenakan sistem robot dapat lebih bekerja efektif dan efesien dibandingkan jika dilakukan oleh manusia. Cukup meneluarkan biaya perawatan untuk mereka sehingga bisa memangkas pengeluaran yang ada . Ciri kedua adalah 3D printer pada umumnya menghasilkan 2D. Namun di era revolusi ini bisa mencetak dalam bentuk 3D, bahkan membuat pakaian, membangun rumah akan semudah mencetak kertas. Karena semua di desain sesuai dengan keinginan masing-masing orang. Ciri ketiga adalah internet of thing, kecepatan yang dikendalikan oleh internet dan segala sesuatu akan terhubung dengan internet. ciri terakhir adalah data of thing. Pernahkah kita disodorkan oleh iklan mengenai barang yang kita sukai? Bagaiman sistem itu tahu karena terdapat sebuah data yang mengkoleksi informasi kita, seperti facebook, instagram dan twitter.
Gejala-gejala industri 4.0 yang terdapat muncul saat ini dapat kita lihat dan rasakan pemasaran produk meliputi barang yang menjual langsung ke konsumen sekarang digantikan dengan penjualan atau pemasaran barang melalui sistem elektronik, transportasi sekarang muncul adanya transportasi online, pekerja pabrik sekarang sudah diganti dengan teknologi robot, surat sudah diganti dengan massage service, seperti whatsapp, surat elektronik atau email, Nah di bidang pendidikan kita sendiri sudah banyak melihat dimana sumber atau konten belajar bidang apapun sudah dapat dengan mudah di akses gratis melalui koneksi internet kapanpun dan dimanapun. Dari data menunjukan bahwa saat ini peralatan kita saat ini 30 persen dikendalikan oleh teknologi.
Menurut Kemenkominfo, 89% penduduk indonesia menggunakan smartphone dan penggunaan internet di Indonesia sangat tinggi pada tahun 2021. Hal ini didorong oleh tarif internet yang murah, dan banyaknya jumlah pengguna ponsel pintar mencapai 167 juta orang atau 89% dari total penduduk Indonesia.
Terlihat dari data tersebut bahwa pemanfaatan teknologi sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat Indonesia. Beberapa start up di indonesia di bidang pendidikan saat ini sudah melihat peluang bidang pendidikan contoh khusus pada paud yaitu Ruang Guru PAUD dan ada juga ruangguru.com,quiper.com.
Jadi disini kita bisa lihat adanya hal baru /pembaharuan pembelajaran yang diinginkan pengguna (siswa). Disini bearti tantangan bagi para pengajar di era revolusi insdustri 4.0 untuk dapat merubah strategi dan model belajar yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan teknologi. Perubahan ini mengakibatkan banyak perubahan dan pergeseran peran termasuk dalm dunia pendidikan, terkhusus guru, muncul pertanyaan apakah para pengajar sudah siap menghadapi tantangan ini? Jika guru hanya berperan dalam proses tranfer ilmu maka peran guru akan digantikan oleh teknologi, tetapi jika peran guru dapat memberikan pendidikan karakter, moral dan keteladanan bagi siswa maka peran guru tidak dapat digantikan alat dan teknologi secanggih apapun.
Sistem pendidikan membutuhkan gerakkan baru untuk merespon era industri 4.0. Salah satu gerakkan yang dirancangkan oleh pemerintah adalah gerakan literasi baru sebagai penguat bahkan menggeser gerakan literasi lama. Literasi lama yang ada saat ini digunakan sebagai modal untuk berkiprah di kehidupan masyarakat. Literasi lama mencakup kompetensi calistung. Sedangkan literasi baru mencakup literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia (Aoun, 2018)
Tiga keterampilan ini diprediksi menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan di masa depan atau era industri 4.0 Literasi digital diarahkan pada tujuan peningkatan kemampuan membaca, menganalisis, dan membuat konklusi berpikir berdasarkan data dan informasi (big data) yang di peroleh. Literasi teknologi bertujuan untuk memberikan pemahaman pada cara kerja mesin dan aplikasi teknologi, dan literasi manusia diarahkan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi dan penguasaan ilmu desain (Aoun,2017). Literasi baru yang diberikan diharapkan menciptakan lulusan yang kompetitif dengan menyempurnakan gerakan literasi lama yang hanya fokus pada peningkatan kemampuan membaca, menulis dan matematika. Adaptasi gerakan literasi baru dapat dintegrasikan dengan melakukan penyesuaian kurikulum dan sistem pembelajaran sebagai respon terhadap era industri 4.0 (Yahya, 2018)
Apakah pendidik kita sudah siap? Guru menghadapi era revolusi industri 4.0 ketika masih disibukan oleh beban penyampaian muatan pengetahuan dan ditambah berbagai tugas administratif yang terlalu padat sehingga tidak lagi memiliki waktu tersisa memberi peluang anak didik menjelajahi daya-daya kreatif mereka menghasilkan karya-karya orisinal. Akibatnya, interaksi sosial anak didik terbatasi, daya kreasinya terbelenggu, dan daya tumbuh budi pekerti luhurnya memudar.Revolusi industri yang di tandai dengan hadirnya komputer super, kecerdasan buatan (artificial inteleigency) sistem siber (cyber system), dan kolaborasi manufaktur. Dengan demikian dibutuhkan kompetensi yang mampu mengimbangi kehadiran keempat hal tersebut yaitu kompetensi abad 21.
Abad ke 21 ditandai dengan era revolusi industri 4.0 sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, artinya kehidupan manusia pada abad 21 mengalami perubahan- perubahan yang fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya. Dikatakan abad ke 21 abad yang meminta kualitas dalam segala usaha dan hasil kerja manusia. Dengan kata lain abad ke 21 meminta sumberdaya manusia yang berkualtas, yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga yang dikelola secara profesional sehingga membuahahkan hasil unggulan. Tuntunan tersebut meminta berbagai terobosan dalam berfikir, penyusunan konsep, tindakan-tindakan. Maka dari itu dibutuhkan paradigma baru dalam menghadapi tantangan-tantangan yang baru. Apabila tantangan baru tersebut dihadapi dengan para digma lama maka segala usaha akan menemui kegagalan.Tantangan yang baru menuntut proses terobosan pemikiran (breakthrough thingking process) apabila yang diinginkan adalah output yang bermutu yang dapat bersaing dengan hasil karya dalam dunia serba terbuka (Tilaar,1998:245).
Pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Proses pendidikan seharusnya dapat menjadi bekal untuk diterapkan dalam kehidupan anak di lingkungan masyarakat, (Nurhafizah, 2018). Dunia pendidikan pada era revolusi industri berada di masa pengetahuan (knowledge age) dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Gaya kegiatan pembelajaran pada masa pengetahuan (knowledge age) harus disesuaikan dengan kebutuhan pada masa pengetahuan. Bahan pembelajaran harus memberikan desain yang otentik untuk melalui tantangan dimana peserta didik berkolaborasi menciptakan solusia pemecahan masalah dalam pembelajaran. Pemecahan masalah yang mengarah kepertanyaan dan mencari jawaban oleh peserta didik yang kemudian dapat dicari pemecahan masalah dalam kontek pembelajaran menggunakan sumber daya informasi yang tersedia.
Tuntutan perubahan mindset manusia abad 21 yang telah disebutkan diatas menuntut pula suatu perubahan yang sangat besar dalam pendidikan nasional, yang kita ketahui pendidikan kita dalah warisan dari sistem pendidikan lama yang isisnya menghafal fakta tanpa makna. Merubah sistem pendiikan inonesia bukanlah pekerjaan yang mudah. Sistem pendidikan Indonesia merupakan salah satu sistem pendidikan terbesar di dunia yang meliputi sekitar 30 juta peserta didik, 200 ribu lembaga pendidikan, dan 4 juta tenaga pendidik, tersebar dalam area yang hampir seluas benua Eropa. Namun, perubahan ini merupakan sebuah keharusan jika kita tidak ingin terlindas oleh perubahan zaman global. Untuk mencapai keterampilan abad 21, trend pembelajaran dan best practices juga harus disesuaikan, salah satunya adalah melalui pembelajarn terpadu atau secara blended learning. Blended learning adalah cara mengintergrasikan penggunaan teknologi dalam pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran yang sesuai bagi masing-masing siswa dalam kelas yang mana Blended learning memungkinkan terjadinya refleksi terhadap pembelajaran. (Wibawa,2018)
Satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan satuan yang sangat fundamental dalam mmberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya sikap, dasar-dasa pengetahuan dan keterampilan. PAUD juga merupakan bentuk pengelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada pelaksanaan dasar ke arah pertumbuhan, perkembangan fisik, nilai moral dan agama, kognitif sosial emosional, dan seni sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Memasuki era revolusi industri 4.0, sebagai garda terdepan dalam dunia memasuki era revolusi industri pendidikan, guru harus meningkatkan kompetensi dalam menghadapi era pendidikan 4.0.
Ada 3 ciri yang perlu dimiliki guru dalam memasuki era revolusi 4.0
Menurut (Hadiyanto,2004) Guru merupakan manusia terhormat dalam segala aspek yang harus menjadi suri tauladan di kelas, maupun diluar kelas, baik bagi peserta didik maupun masyarakat baik dari keampuan berpikir (ilmu pengetahuan) sikap tutur kata dan tingkah lakunya. (Nurhafizah ,2011) Mendidik sesungguhnya adalah menjadi “modelling” bagi anak-anak. Mendidik tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai dan sikap. Keterpesonaan dapat diciptakan melalui keterampilan pendidik dalam membuat dan menggunakan sarana prasarana pembelajaran, menentukan pendekatan yang tepat dan variatif, pilihan metode, penampilan diri, dan dalam berkomunikasi dan berelasi dengan siswa. Penampilan pendidik dapat dilihat dari penampilan dalam berpakaiana berdandan; ekspresi wajah dan tubuh yang menampakkan kebahagiaan, kegesitan dan kelincahan; ungkapan kata-kata yang menunjukkan kesantunan dan penghargaa nyang positif; ekspresi emosi yang positif serta kemampua untuk “mensejajarkandiri “dengan siswa. Pendidik yang atraktif adalah pendidik yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta sikap profesional dalam mengusahakan proses pembelajaran yang menarik dan mengagumkan, yang dimulai dari penciptaan profil diri yang menarik dan berpengaruh.
Secara umum sebagaimana yang di ungkap oleh Tilaar (1995), pada masa pembangunan Jangka Panjang (PJP) II, masyarakat tidak dapat lagi menerima guru yang tidak profesional. Hal ini sesuai dengan rekomendasi UNESCO, yang ditekankan pada tiga tuntutan yaitu:
Penilaian tidak hanya bertumpu pada aspek kognitif atau pengetahuan saja, namun penilaian yang dilakukan oleh guru di era sekarang harus mampu mengakomodasi keunikan dan keunggulan peserta didik, sehingga para peserta didik sudah mengetahui segala potensi dirinya sejak dibangku sekolah. Guru masa kini harus mampu merancang instrumen penilaian yang menggali semua aspek yang menyangkut siswa, baik pengetahuanm keterampilan, dan karakter. Semua aspek tersebut harus tergali, terasah dan terevaluasi selama proses pembelajaran di kelas
Selain perancang instrumen penilaian, guru masa kini pun harus mampu membuat laporam penilaian yang menggambarkan keuniakan dan keungguan setiap siswa. Laporan penilaian ini akan sangat bermanfaat bagi peserta didik dan orang tuanya sebgai bagian dari feed back untuk terus meningkatkan hasil capaian pendidikanya.
Untuk mewujudkan siswa yang memiliki keterampilan abad 21 maka gurunya pun harus memahami dan memiliki kompetensi tersebut. Ada 3 aspek terpenting dalam kompetensi abad 21 ini, yaitu : Karakter, karakter yan dimaksud dalam kompetensi abad 21 terdiri dari karakter yang bersifat akhlak (jujur, amanah, sopan, santun, dll) dan karakter kinerja (kerja keras, tanggungjawab,disiplin,gigih dll). Dalam jiwa dan keseharuan guru masa kini sangat penting tertanam karakter akhlak, dengan karakter akhlak inilah seorang guru akan menjadi role model bagi semua peserta didiknya. Pembelajaran dengan keteladanan dari seorang guru akan lebih bermakna untuk para peserta didik, selain karakter akhlak, guru masa kini pun harus memiliki karakter kinerja yang akan menunjang setiap aktivitas dan kegiatan yang dilakukannya, baik ketika pembelajaran di kelas maupun aktivitas lainnya.
Kompetensi, keterampilan yang perlu dimiliki oleh guru masa kini untuk menghadapi peserta didik abad 21 antara lain kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif. Keterampilan-keterampilan tersebut penting dimiliki guru masa kini, agar proses pendidikan yang berlangsung mampu menghantarkan dan mendorong para peserta didik untuk menjadi generasi yang siap menghadapi tantangan perubahan zaman. Literasi, kompetensi abad
21 mengharuskan guru melek dalam berbagai bidang. Setidaknya mampu menguasai literasi dasar seperti literasi finansial, literasi digital, literasi sains, literasi kewarganegaraan, dan kebudayaan. Kemampuan literasi dasar ini menjadi modal bagi para guru masa kini untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih variatif, tidak hanya monoton, guru harus mampu menyajikan modul sesuai passion siswa.
Di era perkembangan teknologi yang semakin berkembang, modul yang digunakan dalam pembelajaran tidak selalu menggunakan modul konvesional seperti modul berbasis paper, guru masa kini harus mampu menyajikan materi pelajaran dalam bentuk modul yang di akses secara online oleh para pserta didik. Sudah banyak fitur yang dijadikan oleh guru sebagai sarana untuk mengembangkan modul berbasis online. Namun demikian ketersediaan fitur untuk model online ini harus dibarengi dengan kemampuan guru dalam mengemas fitur tersebut. Kombinasi antara pembelajaran tatap muka dikleas (konvensional) dan pembelajaran online dikenal dengan istilah Blended learning. Guru harus mampu melakukan Autentic Learning yang inovatif. Blended learning juga merupakan kombinasi banyak format teknologi pembelajaran, seperti video tape, CD- ROM, web-based training, film dengan pembelajaran tatap muka. Driscoll (2002)
Dalam Pasal 1 ayat 5 (UU no 16 tahun 2009) disebutkan, Pengembangan keprofesional berkelanjutan adalah pegembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengam kebutuhan, bertahap,berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalisnya. Guru hendaknya mengembangkan profesi secara terus menerus. Pengembangan keprofesian secara berkelanjutan (PKB) dapat dilakukan guru melalui 3 bentuk, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah da karya inovatif. Pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan diklat, workshop, seminar, MGMP. Publikasi ilmiah dilakukan dengan PTK, menulis atikel, menyusun diktat atau buku. Sedangkan karya inovatif dilakukan dengan menciptakan media atau alat peraga , menulis cerpen kumpulan puisi atau drama dan sejenisnya. PKB dapat di wujudkan guru prfsional yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi serta memiliki kepribadian prima. Dengan demikian guru diharapkan terampil membangkitkan minat peserta didik terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penyajian layanan pendidikan yang bermutu.
Ryegard et al. (2010:33) menyatakan kompetensi pendagogik yaitu sikap, pengetahuan, kemampuan, menyesuaikan situasi, perserverence, pengembangan keberlanjutan, terpadu dalam keseluruhan. Kompetensi pendagogik meliputi sub kompetensi (1) memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, emosional dan intelektual (2) memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya, (3) memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik, (4) menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, (5) menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik,
(6) mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, (7) merancang pembelajaran yang mendidik, (8) melaksanakan pembelajarn yang mendidik, (9) mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran (Sukanti, 2008).
Dalam mengembangkan bentuk-bentuk kecerdasan dalam pembelajaran diperlukan kemampuan pengetahuan yang baik dimiliki pada guru agar tujuan pembelajaran tercapai dan kemampuan serta potensi anak didik dapat berkembang maksimal, (Nurhafizah, 2017).
Kemampuan kompetensi kepribadian guru melupiti kepedulian, memahami peserta didik secara individu, hubungan murid dan guru, dan lingkungan kelas Kompetensi kepribadian meliputi sub kompetensi (1) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil dewasa, arif dan berwibawa, (2) menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi pesert didik dan masyarakat (3) evaluasi kinerja sendiri,
(4) mengembangkan diri berkelanjutan.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat yang terlihat dalam pembelajaran. Kompetensi sosial meliputi sub kompetensi (1) berkomunikasi secara efektif dan empatikk kepada peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat, (2) berkontribusi terhadap perkembanagn pendidikandi sekolah dan masyarakat, (berdistribusi terhadap perkembangan di tingkat lokal. Regional, nasional dan global, (4) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan pemngembangan diri
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi. Kompetensi profesional meliputi sub kompetensi : (1) menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya, (2) menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi, (3) menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalm pembelajaran, (4) mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi, (5) meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.
Di era revolusi industri 4.0, khususnya dunia pendidikan, keberadaan dan peran guru menjadi amat penting agar memahami pada literasi digital. Meskipun guru secara utuh sebagai pendidik pengajar tidak akan tergantikan oleh teknologi secanggih apapun, karena guru dalam memberikan pembelajaran memberikan pendidikan karakter, moral dan keteladanan sehingga tidak bisa digantikan dengan alat secanggih apapun.
Upaya yang dapat dilakukan meningkatkan profesionalisme guru di era revolusi industri 4.0 adalah guru harus memiliki kompetensi untuk melakukan penilaian secara komprehensif, memiliki kompetensi abad 21 (karakter, keterampilan/kompetensi literasi) mampu menyajikan modul sesuaidengan pasion peserta didik, mampu melakukan autentic learning yang inovatif. Meningkatnya profesionalisme guru akan mendorong meningkatnya mutu pendidikan menyongsong era revolusi industri 4.0.
Aoun, J. (2018). Robot-prof: higher education in the age of artificial intelligence. https://doi.org/10.1080/02607476.2018.1500792
Bernied and Hood, Paul.1999. Learning, Technology,and Education Reform In The Knowledge Age, Discoll, M.2002. Blended Learning: Let’s Get Beyond the Hype
Hadiyanto, 2004, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan Di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta
Kasali, R.(2018). Disruption (9th ed). Jakarta : Gramedia.
Kebudayaan Republik Indonesia No. 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.
Nurhafizah N. (2015). Pengembangan Kreativitas Menggambar Anak Usia Dini dengan Penerapan Metode Ekspresi Bebas. Proceeding Seminar Nasional Peran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Indonesia, Vol. 1, 17-24.
Nurhafizah. (2011). Kemampuan Berkomunikasi Sebagai Pilar Profesionalisme Guru Dalam Membimbing Anak Usia Dini. Artikel Proseding. Bandung : FIP UPI
Nurhafizah. 2017. Strategi Pengembangan Sains Anak Taman Kanak-kanak di Koto Tangah Padang. Pedagogi Jurnal Anak Usia Dini dan Pendidikan Anak Usia Dini Volume 3 No. 3b.
Nurhafizah. 2018. Bimbingan Awal Kewirausahaan pada Anak Usia Dini. Jurnal Konseling dan Pendidikan volume 6 No. 1
Ristekdikti(2018). Pengembanagn Iptek dan Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0.Retieved from https://www.ristekdikti.go.id/siaran-pers/pengembangan-iptek- danpendidikan-tinggi-di-era-revolusi-industri-4-0/
Rogers, E.M. (2015). Evolution : Diffusion of Innovations. In International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences : Second Edition. https://doi.org/10.1016/B978-0- 08097086-8.81064-8
Ryegard, Asa. Karin Apelgren, & Thomas Olsson. (2010). A Swedish Perspective on Pendagogical Competence. Swedia : Uppsala University
Sasongko, Rambat Nur dan Sahonom Bambang. 2016. Desain Inovasi Manajemen Sekolah. Jakarta: Shanny Publishers
Sayer, I.M., Kristiwaman,M.,& Agustina, M. (2018). Fairy Tale as a Medium for Children’s Character Cooperation Building. Al-Ta lim Journal, 25 (2), 108116
Sukanti. (2008). Meningkatkan kompetensi guru melalui pelaksanaan tindakan kelas, Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia, Vol. VI, No.1
Wibawa, S. (2018). Pendidikan dalam Era Revolusi Industri 4.0 Indonesia
Yahya,M. (2018). Era Industri 4.0 : Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia, Makasar
Tinggalkan Komentar